analisis Training Needs Analysis
PENGANTAR
Belajar
merupakan kegiatan yang berproses dan unsur yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, terutama dalam lingkungan sekolah. Oleh karena itu
pemahaman mengenai arti belajar dengan segala aspek dan manifestasinya mutlak
diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan dan ketidakpahaman pendidik terhadap
proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya akan mengakibatkan kurang
bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.
Skinner
(Muhibbin, 2004:90) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Skinner percaya bahwa
proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi
penguat. Proses adaptasi ini tentunya dimiliki oleh guru sebagai pelaku utama
dalam intervensi kelas. Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru sebagai penguat tentunya
harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
McLeod
(Muhibbin, 2004:222) menjelaskan bahwa guru adalah seseorang yang pekerjaannya
mengajar orang lain. Guru sebagai pengajar yang merupakan penentu kesuksesan
setiap usaha pendidikan memiliki tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan siswa
yaitu pengembangan kecakapan dimensi karsa, cipta dan rasa. Strategi yang
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran diharapkan mampu mengubah
perilaku tingkah laku yang bersifat terbuka seperti kemampuan membaca (ranah karsa),
juga bersifat tertutup seperti berpikir (ranah cipta) dan berperasaan (ranah
rasa).
Strategi
pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru haruslah berdasar pada modalitas
atau gaya belajar siswa. Dengan mengetahui gaya belajar yang berbeda ini memungkinkan
para pendidik untuk dapat mendekati semua atau hampir semua murid hanya dengan
menyampaikan informasi dengan gaya berbeda-beda pula. Ketika guru menyadari
bagaimana siswa menyerap dan mengelola informasi, akan menjadikan komunikasi
lebih mudah dan proses pembelajaran akan lebih terbuka. Mengetahui modalitas
belajar siswa tentunya akan memudahkan guru dalam intervensi kelas.
Observasi
sederhana yang dilakukan penulis (hasil refleksi pengalaman ketika masih di
bangku sekolah dan pengematan ke salah satu sekolah SMP swasta di Yogyakarta) menunjukkan
bahwa adanya kesenjangan antara gaya belajar siswa dengan strategi belajar yang
dibawakan oleh guru. Olehnya tidaklah mengherankan apabila banyak siswa yang
mendapatkan ranking 1 dalam kelasnya karena dia mengikuti strategi yang
digunakan oleh gurunya.
Kebanyakan
guru dewasa ini masih menggunakan strategi konvensional dalam tindakan kelasnya
yaitu ceramah satu arah. Siswa yang menyukai cara ini tentunya akan
menikmatinya dan kemungkinan akan mendapatkan ranking 1. Oleh mereka yang tidak
menyukainya, akan lebih memilih acuh atau malah meninggalkan ruangan yang
akhirnya akan di hakimi sebagai siswa yang nakal dan bodoh.
Wawancara
yang dilakukan dengan salah satu guru SMP swasta di Yogyakarta ketika ditanyakan
pendapat mengenai perbedaan gaya belajar siswa mengatakan bahwa:
“Saya mengetahui adanya perbedaan
cara belajar pada setiap siswa, namun yang sulit adalah mengatahui bahwa anak
tersebut memiliki gaya seperti ini” (JM, wawancara
9 April 2012)
Hal
ini menunjukkan bahwa adanya kesadaran guru tersebut akan perbedaan cara
belajar siswa, namun demikian kemampuan dalam mengklasifikasikan siswanya yang
menjadi tantangan. JM mengetahui pentingnya memahami perbedaan tersebut guna
membantu tindakan kelasnya.
Pada
tenaga pengajar yang lain, SM yang mengajar pada salah satu bimbingan belajar
dan masih berstatus sebagai salah satu mahasiswa PTN di Yogyakarta mengemukakan
bahwa:
“Saya mengajarnya simple saja,
berfokus pada materi yang saya bawakan dan metode yang sesuai dengan materi,
pemilihan metode juga kan harus sesuai dengan materi apa yang diajarkan” (SM, wawancara 11 April 2012)
Dari
hasil wawancara diatas mengungkapkan bahwa ketidaktahuan pengajar tersebut akan
modalitas setiap orang. Ketidaktahuaan ini akan mengakibatkan kondisi
pembelajaran yang kaku dan cenderung hanya memberi manfaat pada mereka yang
sesuai dengan metode yang digunakan.
HARAPAN
DAN KENYATAAN
Menurut
Bobby DePorter (2000:110), gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana ia
menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Dengan mempelajari
bagaimana memahami cara belajar orang lain, seperti siswa, dapat memperkuat
hubungan dengan mereka.
Melvin
(2006:28) mengungkapkan ada tiga jenis gaya belajar yaitu visual, auditorial
dan kinestetik. Siswa yang cenderung memiliki gaya visual bisa belajar dengan
sangat baik hanya dengan melihat orang melakukannya. Biasanya, mereka ini
menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menulis apa yang
dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu
oleh kebisingan. Peserta didik auditorial, biasanya tidak sungkan-sungkan untuk
memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru. Mereka mengandalkan kemampuan
untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara
dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara arau kebisingan. Sedangkan peserta
didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan.
Mereka cenderung impulsive, semaunya, dan kurang sabaran. Selama pelajaran,
mereka mungkin saja gelisah bila tidak bias leluasa bergerak dan mengerjakan
sesuatu. Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tidak karuan.
Rita
Dunn (Bobbi DePorter:110) seorang pelopor di bidang gaya belajar, menemukan
banyak variable yang mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup
factor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan. Sebagian orang,
misalnya, dapat belajar paling baik dengan cahaya terang, sedang sebagian yang
lain dengan pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara
berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya figure otoriter seperti orang
tua atau guru, yang lain merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif.
Sebagian orang memerlukan music sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak
dapat berkosentrasi kecuali dalam ruangan sepi.
Namun
sayangnya, masih banyak guru yang belum menyadari bahwa peserta didik memiliki
cara belajar yang berbeda-beda satu sama. Mereka terkesan memaksakan satu
metode untuk semua. Kearifan pendidik dalam melihat perbedaan ini sangatlah
dibutuhkan.
Tidaklah
mengherankan, seringkali terdengar keluhan dari orangtua (baik melalui media
massa dan elektronik ataupun dalam kehidupan sehari-hari) yang merasa sudah melakukan berbagai cara untuk membuat
anaknya menjadi "pintar". Orangtua berlomba-lomba menyekolahkan
anak-anaknya ke sekolah-sekolah terbaik. Selain itu anak diikutkan dalam
berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita habis waktu yang
seharusnya bisa dipergunakan anak atau remaja untuk bermain atau bersosialisasi
dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian usaha-usaha tersebut seringkali
tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan ada yang justru
menimbulkan masalah bagi anak dan remaja. Sehingga tidaklah
mengherankan kalau beberapa ungkapan sering muncul pada anak seperti:
"Perutku
sakit, Maaaa...aku nggak enak badan...jadi hari ini aku boleh nggak usah masuk
sekolah, yaaaa...!"
"Saya tidak senang dengan guru itu karena dia itu guru killer”
"Pokoknya aku nggak mau ke sekolah...aku nggak suka sekolah, gurunya seram dan tidak menarik!!"
"Saya tidak senang dengan guru itu karena dia itu guru killer”
"Pokoknya aku nggak mau ke sekolah...aku nggak suka sekolah, gurunya seram dan tidak menarik!!"
Kalimat-kalimat
diatas mungkin tidak asing di telinga para orang tua ketika menghadapi anak yang tiba-tiba
mogok sekolah. Beberapa alasan tersebut memang seringkali dikemukakan oleh
anak-anak ketika mereka tidak ingin pergi ke sekolah. Tidak jarang orangtua
hanya bisa terdiam dan termenung bahkan bingung ketika mendengar kata-kata
tersebut diucapkan oleh anak tercintanya.
Dari ungkapan-ungkapan diatas
menunjukkan ketidaksenangan siswa untuk datang ke sekolah. Dalam hal ini, dapat
disebabkan karena ketidaktertarikan seorang siswa terhadap proses pembelajaran
yang berlangsung. Strategi pembelajaran yang dibawakan oleh guru terkesan
membosankan dan tidak mereka senangi. Sehingga mereka beranggapan bahwa tidak
perlu ke sekolah kalau hanya bagaikan penjara ataupun hanya menghabiskan waktu.
Pada wawancara yang dilakukan dengan
salah satu siswa SMA Negeri di Yogyakarta, menunjukkan adanya ketidaksenangan
pada mata pelajaran tertentu. Ini disebabkan karena peranan guru dalam proses
mengajar.
“Guru
bahasa inggris aku itu tidak menyenangkan bawain materinya, jadinya ga bisa
ngikutin juga, yaa ga kuasai gitu jadinya” (wawancara,
JR 12 April 2012)
Cara guru menyampaikan materi
berpengaruh pada ketertarikan siswa. Dari ketertarikan pada materi membuat
siswa akan terstimulasi untuk belajar lebih giat. Proses ini tentunya akan
membawa positif dengan merubah perilaku siswa serta meningkatkan kemampuan.
Menghadapi
kenyataan dan kondisi di atas, apa yang sebaiknya dilakukan pendidik agar kendali
pendidikan siswa tetap berada
di pundak mereka sehingga tidak terjadi hal-hal negatif yang dapat merugikan
perkembangan fisik dan mental anak di masa yang akan datang.
SOLUSI
Manusia adalah makhluk unik, yang
berarti bahwa setiap orang memliki perbedaan satu sama lain. Dalam dunia
pendidikan, perbedaan ini pun bisa dilihat pada cara belajar seseorang, seperti
yang telah dikemukakan di awal.
Dari
uraian diatas, untuk membuat siswa merasa nyaman mengikuti proses pembelajaran maka
guru harus mengetahui gaya belajar dari setiap siswa. Olehnya itu bentuk
intervensi yang dapat diberikan kepada guru adalah pelatihan yang mengarah pada
pemahaman (kognitif) dan kemampuan (Psikomotorik) dalam melihat perbedaan
modalitas setiap siswa yang dihadapi.
Secara sistematis untuk
melihat kasus di atas berdasarkan Training Needs Analysis dapat digambarkan
sebagai berikut:![]() |
Referensi:
DePorter, Bobbi. Quantum Learning.
Bandung: Kaifa, 2000.
Silberman, Melvin. Active Learning. Bandung: Nusamedia, 2006.
Syah,
Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru. Bandung: Rosda, 2004.

0 komentar: