Jumat, 18 Januari 2013

Pengukuhan Pengurus FKMB Yogyakarta 12 - 13



Pengukuhan pengurus baru Forum Komunikasi Mahasiswa Bone Yogyakarta periode 2012-2013 di gedung Balaikota Yogyakarta meninggalkan cerita mengesankan. Bukan hanya proses pengukuhannya saja melainkan karena secara keseluruhan kegiatan mulai dari awal sampai akhir. Peserta yang hadir cukup banyak yang hanya menyisahkan beberapa kursi kosong yang tersedia sebanyak 150. Mereka datang dari berbagai induk kemahasiswaan daerah Sulawesi Selatan yang sedang menempuh study di kota Yogyakarta.
Ruang pertemuan Balaikota malam itu tentu agak berbeda dari biasanya. Ada borasa, songko recca, sarung sutera yang kesemuanya bernuansa Bugis khususnya Bone. Acara dimulai dari master of Ceremony yang nampak anggun dengan baju khas Sulawesi Selatan yang dikenakan. Baju bodo untuk perempuan dan jas hitam kombinasi sarung dan songko recca oleh laki-laki telah sukses membuka acara dengan sapaan santun agamis dan budaya. Sebelumnya ada acara pengkondisian oleh teman-teman sanggar seni We Cudai yang menghibur tamu undangan dengan lagu-lagu hits nasional maupun lokal Bugis. Sungguh malam paduan pembukaan yang elok.
Tarian bosara padduppa telah menghipnotis tamu yang hadir. 3 ana dara bugis berlenggok dengan ramah telah menyambut tamu undangan. Sapaan senyum tentu saja sumbringah dari tamu yang ada dalam ruangan. Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan yang juga merupakan Dekan fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia tak tahan menepuk tangan berkali-kali. Ada Bang Doddy, sang penasehat organisasi, yang juga merupakan orang tua bagi teman-teman mahasiswa dari Bone khususnya, sekretaris jenderal DPP Ikami Sul-sel yang juga telah bersengaja dari Jakarta menyempatkan waktunya hadir, ketua kerukunan angin mammiri Sulawesi selatan, penasehat FKMBY lainnya, merupakan tamu undangan yang pastinya telah merasa beruntung tidak melewati acara ini.
Ketua KKSS yang berkesempatan memberi sambutan merasa tertarik dengan tema yang pengurus angkat pada tahun ini. Dua kata yang dianggap penting oleh masa depan bangsa ini adalah amanah dan integritas. Keduanya merupakan pondasi utama oleh seorang pemimpin yang juga merupakan cerminan kita manusia Bugis. Hidup rantau seharusnya menjadikan kita tetap amanah akan kepercayaan dari orang tua yang telah mengizinkan dan membiayai. Integritas akan tetap melihat fenomena daerah dengan semangat dorongan pembangunan yang tak mungkin dielakkan lagi. Mahasiswa haruslah menjadi bagian pendukung dari perkembangan tersebut. Dan, tak lupa menitipkan motivasi akan keseimbangan antara kampus, orgnaisasi dan pribadi. Nilai akademik kampus harus bagus, tetap aktif berorganisasi, tetap menjaga kehidupan sehari-hari. Sukses akademik, sukses organisasi dengan pacaran sehat. Malam yang berkah dengan wejangan sangan Doktor Hukum.
Bulan semakin menanjak, semangat teman-teman tak berkurang. Penampilan tari songko’ recca oleh 3 penari yang juga merupakan mahasiswa asal Bone telah menambah keriuhan malam itu. Tari yang menggambarkan bagaimana orang Bone membuat Songko To Bone atau yang lebih sering juga di sebut Songko Recca. Topi ini bukan hanya penghias melainkan juga biasa menampakkan strata sosial dalam kehidupan Bugis. 3 teman yang menari telah berhasil menggeserkan posisi duduk peserta semakin ke depan, begitu bersemangat untuk melihatnya dengan seksama, mata yang seakan meminta untuk tidak berkedip, getaran hape yang biasanya mendapat respon cepat kini hanya dibiarkan menganggur sementara, mulut hanya mampu berkomat-kamit layaknya sedang bertasbih. Sungguh perpaduan malam yang syahdu.
Penasehat lembaga yang diwakili oleh bang Dody yang berkesempatan memberi arahan diatas podium kembali tak bosan mengingatkan cerita sukses FKMBY di masa lalu. Beliau selalu nampak bersemangat saat bercerita tentang kampung halaman kita BONE. Meski hidup rantau di pulau Sumatera namun semangat keBoneannya tetapi eksis dalam dirinya. Bahasanya masih amat fasih berucap lontara, sejarah tentang Bone tetap terniang dalam benaknya bahkan (mungkin) melebihi teman-teman yang lahir dan besar di Bone sendiri. Malam yang telah menyentil keilmuan akan daerah yang penuh cerita sejarah ini. Proud to be BONE.
Kembali, tak ingin melewatkan rangkaian acara. Hiburan dari teman sanggar seni Arung Palakka telah mengusung penampilan malam itu dengan tema “gerakan jaringan nusantara”. Teman-teman mahasiswa keturunan Bone yang hidup di tanah rantau (sabang sampai marauke) merasa bangga menampilkan kesenian dari asal rantauannya. Sekali lagi, tamu tak mampu menahan senyum ikhlasnya.
Rasa syukur malam singkat itu di tutup dengan doa oleh salah satu mahasiswa. KarenaNya kami hadir dan kepadaNya pulalah kami kembali, yang mempertemukan dan memisahkan, kepadaNya kita tunduk dan berserah. 
YK, 16/1/13

0 komentar: