Kampung Halaman (Bagian tempat lahir)
Pertanyaan
yang sering muncul pada seminar self development
atau pun menjadi materi pamungkas pada kegiatan training motivasi adalah “who
am I?” Menjadi tertarik karena hal yang dianggap sensitive dan penting dalam usaha
mengarungi kehidupan. Sensitive karena pembahasannya pada wilayah unconscious dan atau filosofis yang
terkesan menjadi ruwet untuk dibahas, sehingga tidaklah mengherankan mereka
yang bisa berkoar-koar membahasnya dianggap cerdas. Hampir dari mereka mengambil
referensi barat yang terkadang enggan melibatkan Tuhan, jadilah mereka
materialistik. Demikian pula akan menjadi penting karena sebagai charger
kehidupan, penguat jejak kaki. Penting untuk memahami asal kehidupan, dengannya
akan mempengaruhi perilaku manusia.
Selain
di acara tersebut, kegiatan outbound tidak ketinggalan memberi materi ini
dengan memasukkannya dalam pemaknaan melalui permainan. Hal ini menunjukkan
bahwa, pertanyaan mengenai “siapa dirimu” dianggap begitu penting untuk dijawab
oleh setiap manusia yang mencita-citakan kesuksesan dalam hidupnya.
Namun
apakah begitu rumit untuk menemukan jawabannya dengan harus menghadiri kegiatan
seminar, training ataukah outbound. Bukan rahasia lagi, kegiatan tersebut
umumnya dengan biaya nominal yang cukup tinggi dengan kualitas sepekan. Jawabku
tidak, dalam pikiran dangkal saya, hal ini adalah sederhana.
Cara
sederhana yang bisa dilakukan adalah memahami konsep Kampung Halaman. Kampung halaman merupakan sebuah kalimat familiar
yang sering didengar dan diucapkan oleh banyak orang. Ketika seseorang
menanyakan kampung halaman Anda, cukup menjawab dengan tempat dimana Anda
dilahirkan sesuai dengan di Kartu Tanda Penduduk. Siapa Anda? Saya adalah orang
Jogjakarta, Makassar, Bone, dll. Ketika Anda merantau, maka yakin ada rasa
rindu untuk kembali dimana Anda dilahirkan. Orang rantau ketika meninggal pun,
diakhir hidupnya akan berpesan (kalau sempat ;)) untuk dikembalikan ke kampung
halamannya dimana dia dilahirkan. Nah, kalau pun tidak sempat, maka keluarga yang
lain akan memilih untuk mengembalikan jenazahnya di kampung asalnya. Simple as well as we think J
Itulah
kampung halaman kita. Siapapun dia akan rindu tempat dilahirkan, suasana
bermain, tegur sapa dengan rekan kanak-kanak atau hanya sekedar terbesit dalam
pikiran tempat kita jatuh untuk pertama kalinya ketika belajar naik sepeda.
Kenangan ini semua teringat karena disanalah nilai dan karakter terbangun untuk
pertama kalinya. Pengalaman ini akan sulit tergantikan dalam usia meranjak
dewasa.
Fakta
nyata bisa kita lihat pada fenomena hajatan tahunan hari raya idul fitri dan
idul adha atau hari-hari besar keagamaan lainnya. Kereta api, bus, pesawat,
kapal laut dan segala jenis transportasi lainnya menyesaki jalanan diisi oleh
perindu kampung halaman. Jadwal dan jumlah transportasi menjadi perhatian
sendiri bagi pemerintah dalam usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat. Fenomena
ini telah menjadi ketaksadaran kolektif bagi setiap orang. Pun, kebiasaan yang
telah tertanam dalam pikiran bawah sadar untuk segera dipenuhi.
Kampung
halaman tempat dimana manusia dilahirkan membawa kenyamanan. Nyaman dengan adanya
perasaan aman dan ekspresi aktualisasi bebas. Aman karena berada
lingkungan yang dikuasai dan kondisi mendukung untuk mengaktualisasikan diri
secara bebas.
0 komentar: