Rabu, 19 Desember 2012

Kampung Halaman (Bagian tempat lahir)



Pertanyaan yang sering muncul pada seminar self development atau pun menjadi materi pamungkas pada kegiatan training motivasi adalah “who am I?” Menjadi tertarik karena hal yang dianggap sensitive dan penting dalam usaha mengarungi kehidupan. Sensitive karena pembahasannya pada wilayah unconscious dan atau filosofis yang terkesan menjadi ruwet untuk dibahas, sehingga tidaklah mengherankan mereka yang bisa berkoar-koar membahasnya dianggap cerdas. Hampir dari mereka mengambil referensi barat yang terkadang enggan melibatkan Tuhan, jadilah mereka materialistik. Demikian pula akan menjadi penting karena sebagai charger kehidupan, penguat jejak kaki. Penting untuk memahami asal kehidupan, dengannya akan mempengaruhi perilaku manusia.
Selain di acara tersebut, kegiatan outbound tidak ketinggalan memberi materi ini dengan memasukkannya dalam pemaknaan melalui permainan. Hal ini menunjukkan bahwa, pertanyaan mengenai “siapa dirimu” dianggap begitu penting untuk dijawab oleh setiap manusia yang mencita-citakan kesuksesan dalam hidupnya.
Namun apakah begitu rumit untuk menemukan jawabannya dengan harus menghadiri kegiatan seminar, training ataukah outbound. Bukan rahasia lagi, kegiatan tersebut umumnya dengan biaya nominal yang cukup tinggi dengan kualitas sepekan. Jawabku tidak, dalam pikiran dangkal saya, hal ini adalah sederhana.
Cara sederhana yang bisa dilakukan adalah memahami konsep Kampung Halaman. Kampung halaman merupakan sebuah kalimat familiar yang sering didengar dan diucapkan oleh banyak orang. Ketika seseorang menanyakan kampung halaman Anda, cukup menjawab dengan tempat dimana Anda dilahirkan sesuai dengan di Kartu Tanda Penduduk. Siapa Anda? Saya adalah orang Jogjakarta, Makassar, Bone, dll. Ketika Anda merantau, maka yakin ada rasa rindu untuk kembali dimana Anda dilahirkan. Orang rantau ketika meninggal pun, diakhir hidupnya akan berpesan (kalau sempat ;)) untuk dikembalikan ke kampung halamannya dimana dia dilahirkan. Nah, kalau pun tidak sempat, maka keluarga yang lain akan memilih untuk mengembalikan jenazahnya di kampung asalnya. Simple as well as we think J
Itulah kampung halaman kita. Siapapun dia akan rindu tempat dilahirkan, suasana bermain, tegur sapa dengan rekan kanak-kanak atau hanya sekedar terbesit dalam pikiran tempat kita jatuh untuk pertama kalinya ketika belajar naik sepeda. Kenangan ini semua teringat karena disanalah nilai dan karakter terbangun untuk pertama kalinya. Pengalaman ini akan sulit tergantikan dalam usia meranjak dewasa.
Fakta nyata bisa kita lihat pada fenomena hajatan tahunan hari raya idul fitri dan idul adha atau hari-hari besar keagamaan lainnya. Kereta api, bus, pesawat, kapal laut dan segala jenis transportasi lainnya menyesaki jalanan diisi oleh perindu kampung halaman. Jadwal dan jumlah transportasi menjadi perhatian sendiri bagi pemerintah dalam usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat. Fenomena ini telah menjadi ketaksadaran kolektif bagi setiap orang. Pun, kebiasaan yang telah tertanam dalam pikiran bawah sadar untuk segera dipenuhi.
Kampung halaman tempat dimana manusia dilahirkan membawa kenyamanan. Nyaman dengan adanya perasaan aman dan ekspresi aktualisasi bebas. Aman karena berada lingkungan yang dikuasai dan kondisi mendukung untuk mengaktualisasikan diri secara bebas.

0 komentar: