Tamu Sahabat 210712
Dia datang menyapa lagi, sesaat setelah makan sahur hari pertama
berakhir. Dia sanggup menusuk hingga tetes air mata tak terasa. Dia yang
sering datang di tahun belakang ini, begitu menyiksa kesabaran. Dia
mulai bersahabat di dalam diri berdekatan dengan detak jantung. Dia bisa
datang dan pergi saat tak disangka. Sungguh, dia pengingat ampuh untuk
mensyukuri waktu luang kemarin.
Begitulah dia yang sering bertamu, menyapa dengan sentuhan kreativitas sendiri. Mendaung-daung seirama seruling sunda. Semerdu lagu instrument Kitaro. Namun dia lebih hebat, karena kiriman langsung dari sang Penggenggam irama tasbih alam semesta.
Hari ini, dia menjadi tamu idaman karena datang saat yang tepat. Saat sang penjaga tubuh bertambah usia. Saat sang jiwa bersemangat menyambut ramadhan tahun ini. Ketukannya begitu bergesa-gesa, hingga seisi rumah tergoda ikut mendengarnya. Tasbihannya menyapa daun-daunan di subuh hari, membasahi rumput kering taman semesta, menyentuh buah tak tersisa. Tasbih untuk sang Khalik di subuh ini.
Namun sayang, dia tidak begitu kuat menggoda, mungkin karena sudah sering bertamu. Bersahabat dan saling menggoda. Entah berapa kali yang telah aku lewatkan, dia menggetarkan jantung hidupku. mereka betul-betul sahabat karib.
Mereka begitu dekat dan saling mengenal hingga waktu Dhuha benar-benar tidak mampu lagi bertahan. Sang tubuh pun meminta untuk segera digopang. “aku tidak tahan” begitulah jantung mendesak meminta pertolongan. Harapku dia akan menjadi sahabat karib yang menolong sebagai saksi keikhlasan sang jasad kelak.
Begitulah dia yang sering bertamu, menyapa dengan sentuhan kreativitas sendiri. Mendaung-daung seirama seruling sunda. Semerdu lagu instrument Kitaro. Namun dia lebih hebat, karena kiriman langsung dari sang Penggenggam irama tasbih alam semesta.
Hari ini, dia menjadi tamu idaman karena datang saat yang tepat. Saat sang penjaga tubuh bertambah usia. Saat sang jiwa bersemangat menyambut ramadhan tahun ini. Ketukannya begitu bergesa-gesa, hingga seisi rumah tergoda ikut mendengarnya. Tasbihannya menyapa daun-daunan di subuh hari, membasahi rumput kering taman semesta, menyentuh buah tak tersisa. Tasbih untuk sang Khalik di subuh ini.
Namun sayang, dia tidak begitu kuat menggoda, mungkin karena sudah sering bertamu. Bersahabat dan saling menggoda. Entah berapa kali yang telah aku lewatkan, dia menggetarkan jantung hidupku. mereka betul-betul sahabat karib.
Mereka begitu dekat dan saling mengenal hingga waktu Dhuha benar-benar tidak mampu lagi bertahan. Sang tubuh pun meminta untuk segera digopang. “aku tidak tahan” begitulah jantung mendesak meminta pertolongan. Harapku dia akan menjadi sahabat karib yang menolong sebagai saksi keikhlasan sang jasad kelak.
0 komentar: