berskhola dengan tanpa batas --- Bali ----
Untuk kesekian kalinya berada
diantara peserta pelatihan yang pernah kutemui atau pertama kali berjumpa untuk
beberapa kenalan baru. 3 hari 2 malam bersama belajar tentang pendidikan
lingkungan hidup. Bersama penggiat Lingkungan Hidup membuat ku merasa bangga
dan senang berada di antara mereka. Dari mereka lah semerbak alam semesta ini
akan tetap bertasbih memuji Nya. Dengan konsep dan tingkah mereka yang mampu
menyeimbangkan lingkungan ini. Hasil terawang lembaga mereka lah yang mampu
menorobos kehidupan yang seimbang dan berkelanjutan di kemudian hari.
Saya memilih “perasaan”,
alasannya cukup sederhana, hanya karena subjek ilmu yang saat ini menjadi
perhatian di dunia akademik adalah ilmu perasaan, Psikologi. Feeling ini yang mampu menggerakkan
sikap dan tingkah laku seseorang.
Moment belajar kedua kami dapatkan
adalah “pameran”. Setiap lembaga memamerkan kegiatan yang pernah, sementara dan
rencana yang akan dilaksanakan. Di sini lah aku yakin bahwa mereka adalah
penggerak lingkungan yang telah banyak berbuat. Bagian pojok ruangan terdapat
kertas plano dari “sekolah kunang-kunang”, membacanya sama dengan membaca
impian pendiri lembaga ini. Kunang-kunang, makhluk kecil itu bisa menjadi
indicator sehat sebuah tanah, jadilah sang pendiri menginginkan sekolahnya
kelak bisa menjadi “peternakan” kunang-kunang.
Pada salah satu meja pameran juga
memanjakan mata dengan adanya salah satu permainan masa anak-anak dahulu, “ular
tangga” begitulah namanya. Namun yang ini tentu berbeda dari biasanya karena
lembaga yang membawanya membuatnya dengan ukuran setengah meter dan gambarnya
pun yang berbau lingkungan. Fasilitas belajar lingkungan untuk anak-anak yang
tentu akan menarik untuk dimainkan. Pada kotak yang menunjukkan arah tangga,
maka ada efek positif dari dampak perilaku kepedulian lingkungan sedangkan pada
kotak ular, arah ekornya akan mengarah kebawah dengan dampak negative dari
ketidakseimbangan lingkungan. Sungguh kreatif.
Tak lama setelah berjalan
mengelilingi beberapa hasil “jualan” peserta pelatihan, materi pun dilanjutkan
dengan pengenalan “bintang” potensi peserta yang dimiliki. Grouping peserta dipilih
dimaksudkan untuk lebih memaksimalkan pikiran setiap peserta. Dari group kecil
itulah memberi peluang yang cukup waktu untuk berbagi pengalaman yang pernah
dilakukan dalam memaksimalkan suatu kegiatan. Bercerita tentang pengalaman
dalam mengembangkan organisasi. Nilai-nilai yang menjadi dasar pada pengalaman
tersebut.
Dari hasil diskusi beberapa
anggota group kecil tersebut, kemudian dituangkan dalam sebuah gambar. Gambar
ini merupakan akumulasi dari semua ide setiap anggota kelompok. Teringat dari
kelompok kami yang menggambar sebuah perahu. Perahu diibaratkan alat yang
digunakan dalam mengarungi visi bersama. “Pondasi” dari perahu tersebut adalah
sabar dan minat. Proses misi yang dilalui seharusnya dengan semangat dan sinergi,
bersinergi dengan orang-orang yang berada di atasnya. Demikianlah potensi itu
harus dimaksimalkan dengan masing-masing nilai positif. Lain ladang lain
belalang, lain group lain cerita, begitulah sesi ini menjadi bagian momen
belajar tak terlupakan. Sungguh menarik.
----
Sehari sebelum hari pertama
pelatihan itu, beranjak sejak pukul 07.35 WIB, dari station Lempuyangan
Yogyakarta. Kereta api Sri Tanjung mulai bergerak perlahan hingga meninggalkan station
yang semakin mengecil di kelopak mata. Di gerbong I, perjalanan 13 jam dimulai.
Di gerbong ekonomi non AC ini menyisahkan banyak cerita bersama manusia
“ekonomi non AC”. Di gerbong ini pula lah secuil cerita masyarakat Indonesia
yang mengais rezeki. Mereka menjual berbagai macam jenis makanan ringan maupun
berat. Makanan khas atau tradisional hadir dalam gerbong tersebut. Nasi goreng
dan campur juga menghiasi saungan penjualnya menjajaki keberuntungannya. Ada
yang tergoda namun ada pula yang menghela. Tidak hanya itu, lantunan music pun
ternyata juga hadir di sana, dikenal sebagai pengamen, entah bisa dikatakan
menghibur atau tidak, tapi demkianlah adanya, ada yang memberi ada yang mesem
tidak hirau. sungguh harmoni kehidupan yang bijak.
Selepas turun dari “sri tanjung” di
station Banyuwangi Baru --- teringat momen beberapa waktu lalu nginap di
station ini dengan hanya beralaskan handuk berbantalkan tas --- perjalanan siap
dilanjutkan dengan bus melewati pelabuhan ketapang (Jatim) menuju pelabuhan
Gilimanuk (Bali). Kurang sejam telah tiba Gilimanuk pulau Bali, topologi jelas
berbeda, ada corak dan gaya bangunan yang berbeda dari pandangan ketika masih
berada di darah banyuwangi dan daerah jawa lainnya.
Bus pun melaju mulus tanpa
halangan macet. Memang telah diduga karena waktu telah menanjak kurang lebih
pukul 01.30 WITA dimana jumlah mobil jelas akan berkurang dibanding di siang
hari.
-----
Wal ashr demi waktu, inilah satu-satunya modal besar manusia. Tidak
akan kembali dan tidak mampu di terka kemana waktu akan megarah menunjuk proses
kehidupan setiap manusia. Tahta kita bisa raih, Wanita kita mampu dapatkan,
Harta kita bisa cari, namun dengan waktu, hanya akan meninggalkan penyesalan
bagi yang menyianyakannya.
Perjalanan dengan tujuan menuntut
ilmu ini jelas menguras tenaga, namun ada senyum dan kepuasaan didalamnya.
Banyak cerita, tambah teman, insyAllah dengannya tambah rezeki.
-----
Ada visi besar dalam pelatihan
ini yang menjadi sasaran. Visi yang dirumuskan bersama. Sungguh senang melihat
hasil karya di ujung malam kedua. “Terwujudnya keseimbangan kehidupan yang
berkelanjutan melalui pendidikan dan tata kelola yang bertanggung jawab”.
Demikian lah bunyi visi besar tersebut. Kata kunci dalam visi tersebut adalah
“keseimbangan, berkelanjutan, pendidikan, tata kelola dan tanggung jawab”. “Keseimbangan”
dimaknai dengan hadirnya kehidupan yang seimbang antara kehidupan manusia dan
lingkungan, ekonomi dan kehidupan sosial dapat mengambil manfaat dari
keseimbangan lingkungan ini. Sasaran dari keseimbangan ini tentu akan mengarah
pada “berkelanjutan”, dunia ini adalah titipan untuk setiap manusia sehingga
pun dapat dinikmati oleh anak cucu kita kelak di kemudian hari. “pendidikan dan
tata kelola” berisi konsep pengajaran, aturan dan cara menuju titik
keseimbangan dan “tanggung jawab” merupakan landasan dari sebuah pendidikan dan
tata kelola.
Untuk mengoptimalkan tujuan
bersama ini, dibuatlah rencana “jaringan pendamping sekolah” (JPS). JPS ini
diharapkan mampu menjadi sarana dalam mewujudkan cita-cita besar ini. Sarana
menjalin komunikasi antar lembaga pendamping sekolah. Bijak betul hari itu,
hari dimana teman-teman memikirkan kemaslahatan umat BUKAN LEMBAGA sendiri.
Qulhu Allahu Ahad, Allah itu setunggal Tunggal. Hanya dengan izin
Nya maka kun. Habis perkara. Berkah
untuk semua.
----
Tiba subuh di terminal “Denpasar”
memberi tanda tanya bagiku, apa mungkin di terminal ada mushollah --- terakhir
kali ke sini, tidak melihatnya --- tapi entah lah mungkin ini lah kun maka jadilah, sebuah mushollah
berukuran kurang lebih 3 X 4 memberi ruang untuk mengingatNya. Kini, bau pulau dewata nampak jelas berbeda jauh
dengan daerah kebanyakan yang pernah saya singgahi. Ada bau yang khas dari
pulau ini karena hampir di setiap sudut ada kembang bercampur dan
berwarna-warni. Entah itu semua berfungsi untuk apa, yang jelas baunya
menyengat terasa.
Sebuah keberuntungan bertemu
wanita berjilbab di lokasi pelatihan, senang rasanya bisa menanyakan lokasi
masjid untuk berdzikir Jumat dengan
tanpa segan. Tiba di lokasi pelatihan di hari jumat di pagi hari masih memberi
kesempatan untuk beristirahat. Mengistirahatkan mata beberapa jam sebelum
berangkat solat Jumat di masjid yang jaraknya cukup dekat dari tempat
pelatihan.
Makan, istirahat dan belajar
adalah rutinitas yang tersimpan dalam memori peserta. Ilmu baru kenalan baru
dan kemampuan baru membawa dua hari yang menyenangkan dan bermanfaat. Hari ke
III memang oleh panitia sengaja menempatkan penyampaian materi program
“adiwiyata”, program pemerintah sejak tahun 2006 ini masih sangat jauh dari
target. SK 4 menteri, masing-masing kementerian pendidikan, kementerian Agama,
kementerian dalam negeri dan kementerian lingkungan hidup nyatanya belum mampu
memberi pengaruh strong dalam
implementasinya. Program ini ditujukan untuk sekolah dengan tujuan terwujudnya
sekolah yang ramah lingkungan. Kesempatan setiap lembaga untuk berperan aktif
mengambil bagian dari program ini.
Mari berskhola dengan tanpa batas
J
YK, 101012
0 komentar: