5 years : A gift from MAKES
Pertengahan
tahun 2005, awal saya berada di Kota Daeng setelah menyelesaikan proses sekolah
menengah Atas di salah satu kabupaten di Sulawesi selatan. Tujuan awal adalah
belajar bahasa Inggris di salah satu tempat tujuan wisata d kota Makassar yaitu
fort rotherdam, kurang setahun saya belajar bahasa Inggris di sana diajar oleh
salah satu guide dengan jadwal 3 kali dalam sepekan. Namun, teringat juga
setiap hari minggu saya juga berada di benteng peninggalan Belanda tersebut guna
mengikuti English meeting, ada dua English meeting pada setiap hari minggu yang
sering saya ikuti secara bergantian.
Sampai
pada suatu hari setelah solat dhuhur di mushollah benteng Ujung Pandang, saya
bertemu dengan salah seorang yang mengaku peserta aktif pada English meeting
yang ada di Masjid Al-Markaz Al Islami Jend. M. Yusuf (Pada saat itu masih
bernama masjid Al Markas Al Islami), sedikit berbincang dengannya tentang
jadwal pertemuan, aku pun mencoba untuk menghadiri.
Sore
itu, setelah Azhar, aku pun beranjak menuju Al Markaz dengan menggunakan
pete-pete (sebutan untuk angkutan kota di Makassar) setelah turun di pertigaan
jalan Urip sumiharjo dan Jalan Masjid, aku pun melanjutkan dengan berjalan
kaki. Awalnya tidak mudah menemukan lokasi pertemuaan diskusi yang dimaksud,
saya harus mengelilingi pelataran masjid hingga harus bertanya pada tukang parkir
masjid, dan dia megetahui tempat yang biasanya digunakan tempat diskusi.
Pelataran sebelah selatan lokasinya, pada saat itu, telah ada beberapa peserta
yang menunggu untuk dimulainya diskusi.
Beriringan
waktu, aku pun tertarik mengikuti diskusi di tempat ini hingga terhitung saya
mulai jarang mengikuti diskusi di tempat lain. Ada yang lain dari tempat ini,
lokasi dan lingkungan yang dibangun membawaku pada situasi yang berbeda dari
sebelumnya. Di tempat ini aku membangun kembali kepercayaan diri yang aku yakin
telah hilang sejak di SMA, di tempat ini pula aku menemukan untuk pertama
kalinya sosialisasi yang islami brother
and sister in Islam, disini pulalah saya yakin akan kemampuan diriku,
kemampuan dalam menyampaikan ide, kemampuan dalam memimpin diskusi, kemampuan
dalam menulis, kemampuan dalam management. Yaa … disinilah, MAKES yang
merupakan anonym dari Al Markaz For Khudy Enlightening Studies.
Disini,
saya dilatih tiga skill yaitu kognitif,
bentuknya aku dilatih dalam diskusi dengan pengantar bahasa Inggris tiga kali
sepekan dan kajian mingguan berupa bedah film/buku ataupun diskusi tematik yang
dilaksanakan setiap malam minggu atau hari minggu. Selain itu kemampuan afektif, bukan hal yang aneh kalau apa
pun profesi Anda, jabatan Anda, umur Anda, mesti siap-siap untuk disapa brother
(untuk laki-laki) dan sister (untuk perempuan), disitulah rasa sopan santun dan
memandang manusia itu adalah sama dengan segala perbedaan kemampuan yang
dimiliki, termasuk perbedaan agama, suku dan latar belakang pendidikan. MAKES
pun membangun kemampuan psikomotorik
saya, hal ini dapat saya tunjukkan dalam kepanitiaan yang diselenggarakan dengan
ikut aktif belajar didalamnya. Saya yakin bukan hanya saya yang merasakan
ketiga kemampuan ini tapi juga oleh mereka yang telah bersedia “berdarah-darah”
dalam lembaga ini. Akhirnya aku pun menyadari bahwa MAKES bukan hanya meeting
biasa namun lembaga kajian bagi calon pencerah.
MAKES-lah
yang memberi saya ruang berorganisasi. Terbilang saya menjadi anggota aktif
dalam kepengurusan MAKES sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 yang artinya bahwa
seumur dengan masa kuliah saya di Perguruan Tinggi Swasta. Namun sebelumnya,
saya telah aktif sebagai anggota (belum sebagai pengurus) yang terlibat dalam
kepanitian selama “2 semester” antara akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006.
Kesempatan
belajar yang juga merupakan kepercayaan yang terasa berat awalnya ketika saya
diminta untuk menjadi ketua panitia Rapat Kerja pada tahun kepengurusan 2006-2007.
Terasa berat karena harus mempersiapkan kegiatan RAKER diantara persiapan
belajar mengikuti SNPTN, hingga teringat aku lebih memilih fokus kepada
persiapan panitia, tak heran ketika ketua umum terpilih 2006-2007 mendatangi
tempat ujian saya untuk menandatangani surat permohonan bantuan dana yang akan
ditujukan kepada salah satu anggota MAKES. Raker
pun berjalan dengan lancar dan SNPTN pun tidak lulus :).
Kesempatan
saya berada di MAKES sebelum menempuh kuliah pada PTS sangat membantu dalam
proses langkah saya di dunia kampus. Saya terasa “berisi” ketimbang teman-teman
yang lain baik secara keilmuan maupun dalam berorganisasi. Bulan madu bersama
kampus saya rasakan hingga semester III saja setelahnya saya lebih memilih
belajar ke MAKES di sore hari ataukah sekedar ke Perpustakaan Al Markaz.
Teringat ketika salah satu mata kuliah Filsafat II yang bersamaan dengan jadwal
diskusi MAKES, saya lebih memilih meninggalkan ruangan dan mengikuti diskusi
MAKES.
Berbulan
madu yang oleh salah satu brother kita lebih senang menyebutnya berdarah-darah,
saya rasakan selama 5 tahun di lembaga ini. Berdarah-darah tentunya bukan
berarti dalam arti yang sesungguhnya namun kebersamaan dalam melaksanakan
program kerja dan belajar bersama. Selama empat tahun lamanya saya aktif di
kepengurusan yang dimulai dengan menjadi koordinator Biro diskusi pada tahun
2006, tentunya tidaklah mudah menjadi koordinator, selain karena sebagai
anggota baru juga karena biro ini adalah wajah MAKES sebelum peserta menjadi
anggota, disinilah calon anggota memberi penilaian akan baik atau buruk organisasi
ini, ketertarikan mereka tergantung bagaimana cara pandang mereka dalam hal
managemen biro ini. Tidaklah mengherankan kalau untuk menjadi anggota MAKES,
calon anggota diwajibkan menghadiri pertemuan minimal lima kali dan menyetor
paper sebagai bahan diskusi. Challenging
job.
Sebuah
amanah pula ketika teman-teman pada Musyawarah berturut-turut selanjutnya
dipercaya sebagai ketua harian dan ketua umum. Sebuah proses yang saya tidak
sangka, Awesome.
0 komentar: