Rabu, 07 November 2012

5 years : A gift from MAKES

Pertengahan tahun 2005, awal saya berada di Kota Daeng setelah menyelesaikan proses sekolah menengah Atas di salah satu kabupaten di Sulawesi selatan. Tujuan awal adalah belajar bahasa Inggris di salah satu tempat tujuan wisata d kota Makassar yaitu fort rotherdam, kurang setahun saya belajar bahasa Inggris di sana diajar oleh salah satu guide dengan jadwal 3 kali dalam sepekan. Namun, teringat juga setiap hari minggu saya juga berada di benteng peninggalan Belanda tersebut guna mengikuti English meeting, ada dua English meeting pada setiap hari minggu yang sering saya ikuti secara bergantian.
Sampai pada suatu hari setelah solat dhuhur di mushollah benteng Ujung Pandang, saya bertemu dengan salah seorang yang mengaku peserta aktif pada English meeting yang ada di Masjid Al-Markaz Al Islami Jend. M. Yusuf (Pada saat itu masih bernama masjid Al Markas Al Islami), sedikit berbincang dengannya tentang jadwal pertemuan, aku pun mencoba untuk menghadiri.
Sore itu, setelah Azhar, aku pun beranjak menuju Al Markaz dengan menggunakan pete-pete (sebutan untuk angkutan kota di Makassar) setelah turun di pertigaan jalan Urip sumiharjo dan Jalan Masjid, aku pun melanjutkan dengan berjalan kaki. Awalnya tidak mudah menemukan lokasi pertemuaan diskusi yang dimaksud, saya harus mengelilingi pelataran masjid hingga harus bertanya pada tukang parkir masjid, dan dia megetahui tempat yang biasanya digunakan tempat diskusi. Pelataran sebelah selatan lokasinya, pada saat itu, telah ada beberapa peserta yang menunggu untuk dimulainya diskusi.
Beriringan waktu, aku pun tertarik mengikuti diskusi di tempat ini hingga terhitung saya mulai jarang mengikuti diskusi di tempat lain. Ada yang lain dari tempat ini, lokasi dan lingkungan yang dibangun membawaku pada situasi yang berbeda dari sebelumnya. Di tempat ini aku membangun kembali kepercayaan diri yang aku yakin telah hilang sejak di SMA, di tempat ini pula aku menemukan untuk pertama kalinya sosialisasi yang islami brother and sister in Islam, disini pulalah saya yakin akan kemampuan diriku, kemampuan dalam menyampaikan ide, kemampuan dalam memimpin diskusi, kemampuan dalam menulis, kemampuan dalam management. Yaa … disinilah, MAKES yang merupakan anonym dari Al Markaz For Khudy Enlightening Studies.
Disini, saya dilatih tiga skill yaitu kognitif, bentuknya aku dilatih dalam diskusi dengan pengantar bahasa Inggris tiga kali sepekan dan kajian mingguan berupa bedah film/buku ataupun diskusi tematik yang dilaksanakan setiap malam minggu atau hari minggu. Selain itu kemampuan afektif, bukan hal yang aneh kalau apa pun profesi Anda, jabatan Anda, umur Anda, mesti siap-siap untuk disapa brother (untuk laki-laki) dan sister (untuk perempuan), disitulah rasa sopan santun dan memandang manusia itu adalah sama dengan segala perbedaan kemampuan yang dimiliki, termasuk perbedaan agama, suku dan latar belakang pendidikan. MAKES pun membangun kemampuan psikomotorik saya, hal ini dapat saya tunjukkan dalam kepanitiaan yang diselenggarakan dengan ikut aktif belajar didalamnya. Saya yakin bukan hanya saya yang merasakan ketiga kemampuan ini tapi juga oleh mereka yang telah bersedia “berdarah-darah” dalam lembaga ini. Akhirnya aku pun menyadari bahwa MAKES bukan hanya meeting biasa namun lembaga kajian bagi calon pencerah.
MAKES-lah yang memberi saya ruang berorganisasi. Terbilang saya menjadi anggota aktif dalam kepengurusan MAKES sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 yang artinya bahwa seumur dengan masa kuliah saya di Perguruan Tinggi Swasta. Namun sebelumnya, saya telah aktif sebagai anggota (belum sebagai pengurus) yang terlibat dalam kepanitian selama “2 semester” antara akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006.
Kesempatan belajar yang juga merupakan kepercayaan yang terasa berat awalnya ketika saya diminta untuk menjadi ketua panitia Rapat Kerja pada tahun kepengurusan 2006-2007. Terasa berat karena harus mempersiapkan kegiatan RAKER diantara persiapan belajar mengikuti SNPTN, hingga teringat aku lebih memilih fokus kepada persiapan panitia, tak heran ketika ketua umum terpilih 2006-2007 mendatangi tempat ujian saya untuk menandatangani surat permohonan bantuan dana yang akan ditujukan kepada salah satu anggota MAKES. Raker pun berjalan dengan lancar dan SNPTN pun tidak lulus :).
Kesempatan saya berada di MAKES sebelum menempuh kuliah pada PTS sangat membantu dalam proses langkah saya di dunia kampus. Saya terasa “berisi” ketimbang teman-teman yang lain baik secara keilmuan maupun dalam berorganisasi. Bulan madu bersama kampus saya rasakan hingga semester III saja setelahnya saya lebih memilih belajar ke MAKES di sore hari ataukah sekedar ke Perpustakaan Al Markaz. Teringat ketika salah satu mata kuliah Filsafat II yang bersamaan dengan jadwal diskusi MAKES, saya lebih memilih meninggalkan ruangan dan mengikuti diskusi MAKES.
Berbulan madu yang oleh salah satu brother kita lebih senang menyebutnya berdarah-darah, saya rasakan selama 5 tahun di lembaga ini. Berdarah-darah tentunya bukan berarti dalam arti yang sesungguhnya namun kebersamaan dalam melaksanakan program kerja dan belajar bersama. Selama empat tahun lamanya saya aktif di kepengurusan yang dimulai dengan menjadi koordinator Biro diskusi pada tahun 2006, tentunya tidaklah mudah menjadi koordinator, selain karena sebagai anggota baru juga karena biro ini adalah wajah MAKES sebelum peserta menjadi anggota, disinilah calon anggota memberi penilaian akan baik atau buruk organisasi ini, ketertarikan mereka tergantung bagaimana cara pandang mereka dalam hal managemen biro ini. Tidaklah mengherankan kalau untuk menjadi anggota MAKES, calon anggota diwajibkan menghadiri pertemuan minimal lima kali dan menyetor paper sebagai bahan diskusi. Challenging job.
Sebuah amanah pula ketika teman-teman pada Musyawarah berturut-turut selanjutnya dipercaya sebagai ketua harian dan ketua umum. Sebuah proses yang saya tidak sangka, Awesome.  

0 komentar: